Cinta dalam Rahasia Nya

created by : sintya ainun
 
             Ketika mentari perlahan-lahan mulai menghilangkan dirinya di ufuk barat, rembulan kembali berkuasa di puncaknya, bulat penuh berkilauan. Ribuan titik cahaya ikut serta berbagi keindahan. Helaian daun yang kuat tergenggam dalam rantingnya enggan berhenti bergoyang selaras dengan hembusan dingin yang dapat dirasakan namun tidak pernah  terlihat. Semuanya berpadu menampilkan pemandangan yang penuh rahasia. Rahasia tentang hati yang tidak satupun orang dapat menduga.
            Petang kembali berganti pagi. Mentari mulai menampakkan diri, sinar hangat menyapa bumi dan seisinya. Mengalir tetesan embun di pangkuan dedaunan. Teriakan ayam jantan memecahkan kesunyian. Burung-burung yang berkicau menyambut pagi yang cerah di hari pertama Farah kuliah.  
Masa kuliah adalah masa di mana Farah mulai menampakkan identitasnya lewat fashion yang dikenakan. Pasalnya, masa kuliah adalah masa di mana ia meninggalkan seragam putih abu-abu untuk pertama kali mulai mengenakan baju bebas dalam menuntut ilmu. Kemeja polos berwarna hijau tosca yang dipadukan dengan dress ungu,dan hijab bermotif yang ia kenakan terlihat serasi dan menambah keanggunannya. Wedges hitam menemani kakinya melangkah. Tas cokelat muda tampak menempel di punggung dan beberapa buku didekapnya. Farah kini siap memasuki dunia baru dalam pendidikannya, dunia yang berbeda dengan masa putih abu-abu. Dan dia telah resmi menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi, jurusan Akuntansi. Sebuah jurusan mengenai proses menelusuri transaksi keuangan dari suatu perusahaan. Memang sepadan dengan kesukaannya dalam masalah hitung-menghitung.
***
Detik terus berjalan berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu terasa begitu cepat. Kini Farah memasuki semester ke empat. Sudah dua tahun dia bergelut dengan mata kuliah di setiap semester. Begitupun dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
Pagi itu kelas untuk mata kuliah akuntansi keuangan II dimulai.
            “tolong kumpulkan tugas yang kemarin saya berikan!“ Terdengar suara tegas lelaki paruh baya dengan kumis tebal dengan wajah berhiaskan garis halus karena faktor usia.
Farah terlihat gugup bolak – balik membongkar isi tasnya,dibukanya buku–buku itu barangkali tugasnya terselip. Wajah cantiknya terlihat begitu cemas.
            “kamu kenapa Far?”tanya Rifa yang duduk di belakangnya.
            “tugasku ketinggalan Rif.”
            “ambil saja punyaku Farah,kebetulan aku punya dua.”
            “apa kau tidak keberatan ndu?”
            “tidak Far,tinggal kamu beri nama.”
Mungkin Farah sudah kena marah dosen jika tidak ada Pandu. Pandu, Rifa dan Lisa adalah kawan yang sering bersama Farah, karena memang mereka satu jurusan. Tidak heran jika mereka sering bertemu di kelas yang sama.
            Pandu. Beribu kebaikan yang ia tabur, kini mulai dirasakan oleh Farah selama berteman dengannya. Kerap kali Pandu membantu Farah dalam menyelesaikan tugas yang semakin rumit. Tidak hanya itu,pernah Pandu sedikit mengajari Farah sesuatu yang benar-benar baru untuknya. Siang itu Farah di perpustakaan,menyentuh setiap buku di rak, tetapi belum juga dia menemukan bukku yang dicarinya.
            “Assalamualaikum ukhti, sedang mencari buku apa?” Farah terkejut dengan suara Pandu yang menyapanya saat itu.
            “Waalaikumsalam ndu,aku sedang mencari buku manajemen keuangan,namun belum kutemukan juga. Namaku Farah ndu bukan ukhti.” Pandu tertawa kecil mendengar perkataan Farah yang polos tadi. “kenapa ndu? Ada yang salah?”
Mulailah mereka pada bahasan mengenai bahasa Arab. Pandu sedikit menjelaskan kata ‘ukhti’ itu dari bahasa   Arab yang artinya ‘saudara perempuan’. Farah tersenyum malu dengan wajah yang sedikit merah. Pandu memang pernah belajar bahasa Arab ktika SMA.
            Ketika Farah mulai disibukkan dengan tugas kuliahnya,seringkali ia lupa segalanya,tidak sempat untuk sekedar menganjal perut, sering kali ia seakan tuli ketika adzan berkumandang. Ketika itu Pandu menjadi alarm untuknya.
            “Far sudahkah kamu sholat?”
            “Belum ndu,tanggung ini sebentar lagi selesai.”
            “Tinggal dulu, biar aku yang menyelesaikan. Cepat ambil wudhu dan mukenahmu.”
Mereka memang sering satu kelompok,atau belajar bersama. Pandu juga menjadi teman curhat ketika Farah bersedih.

            Gadis cantik itu tampak terjaga dari mimpi, mimpi di mana ia dapat menggapai rembulan dengan jemari lentiknya,dan menyimpan cahaya itu untuk menjadi penerang hati dalam kegelapan, kegelapan perasaan cinta yang membutakan segalanya. Mungkin ini hanya akan menjadi rahasia dia dengan Nya. Mimpi ini telah mewakili perasaan gadis cantik bernama Farah itu kepada lelaki yang pertama kali bisa membuat Farah jatuh hati. Pantaslah jika Farah memiliki perasaan cinta kepadanya,karena lelaki itu mungkin memang dambaan setiap kaum hawa. Lelaki dengan postur tubuh semampai dan kulit sawo matang itu berhati selembut sutra,meski badan sekuat baja. Dia tidak segan-segan mengulurkan tangan kepada orang-orang disekitarnya yang sedang dilanda kesulitan. Begitupun parah yang sering dibantu olehnya dalam menyelesaikan tugas kuliah. Perasaan itu kini mulai Farah rasakan,benar dia menyukainya, tidak heran jika wajahnya terus terlintas dalam benak gadis cantik itu,dialah lelaki untuk pertama kalinya Farah mengenal cinta dalam kehidupan.
            “Apakah kau perlu tahu perasaanku?”
Tapi ia tidak memiliki keberanian untuk membuka bibir dan meluncurkan kata cinta kepada Pandu yang ia kagumi selama ini. Namun dalam kebisuan dan ketidakberdayaan hatinya, nama Pandu selalu diselipkan dalam doa-doa malamnya.
            “Kuyakinkan dalam hatiku, kau juga memiliki perasaan yang sama sepertiku.”
Matanya kembali terpejam, beristirahat, karena besok Farah harus masuk kuliah.
***
Bulir-bulir air hujan telah berhenti berjatuhan, menyisakan bulir air di antara dedaunan. Pelangi menampakkan diri berbagi kecerahan warnanya kepada dunia. Kehadiran pelangi indah ciptaan Allah itu semakin mewarnai kehidupan Farah.
“Aku tidak melihat pelangi indah itu pagi ini, kemanakah engkau bersembunyi?”
Siapa yang tahu malam yang indah akan berganti badai keesokan harinya. Tidak seorangpun yang tahu, karena itu sudah menjadi rahasia Nya, itulah kehidupan.
Bola matanya tidak bisa berhenti melihat ke setiap penjuru kelas,mencari pelangi yang hilang. Dia tidak melihat Pandu hari ini. Namun dia enggan menanyakan kemanakah Pandu pergi, meskipun kepada sahabat karibnya, Rifa dan Lisa. Farah tidak ingin dicurigai,karena dia menanyakan tentang Pandu. Dia hanya bisa duduk manis dosen, meskipun pikirannya terus mencari Pandu.
            Terlihat ponsel Farah bergetar, satu pesan diterimanya dari Rifa, namun tidak segera ia buka karena masih jam pelajaran. Dibukanya pesan itu setelah ia pulang, terlihat sebaris kalimat bahagia namun menyakitkan. “Far,kamu diundang Pandu di acara tunangannya besok,nanti kalau bisa bareng sama aku yah.”
            Kabar itu telah membelenggu bibir dan senyum manisnya. Buliran bening keluar dari matanya yang indah, mengalir membasahi pipi. Farah tidak percaya jika ia harus kehilangan  pelangi di hidupnya. Pandu memang pelangi yang selalu menebar keceriaan dalam hidupnya. Tapi Farah tidak akan bisa memilikinya.
***
            “Farah cepet yah.”
            “Dandannya jangan lama-lama,takut telat.” Suara Rifa dan Lisa yang sedang menunggu Farah. Mereka akan datang ke acara tunangan Pandu. Buliran bening mengalir kembali membasahi pipi manisnya.
            “Ah kenapa aku ini,haruskah ku relakan? Haruskah ku tetap berjalan? Tapi bayang wajahmu selalu di anganku.” Bibir Farah bergetar menahan tangisan, perasaan layu bagai bunga yang tidak terawat. Farah mencoba tegar,menghapus air matanya, senyum kembali tebentuk di bibir tipisnya, mencoba ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Pandu.
            Terlihat rona wajah bahagia lelaki itu, kini bersama perempuan yang benar-benar akan menjadi pendampingnya. Perempuan dengan postur tubuh tinggi setara telinga Pandu. Dia menjadi pilihan dari orang tua Pandu. Orang tua tetaplah orang tua, perintahnya haruslah dituruti selagi itu baik. Apalagi lelaki seperti Pandu yang sedikitpun tidak ingin melukai hati orang tua.
            “Selamat ya ndu.” Ucap Farah sembari menjabat tangan Pandu.
            “Makasih Far sudah menyempatkan datang.”
Farah tampak tersenyum melihat Pandu meski kepedihan masih menggetar dalam dadanya. Patah sudah angan dan harapan Farh untuk bersamanya.
Mungkin ini kesalahanku yang tidak mau membuka bibirku dan menyatakan perasaanku. Lebih baik dari awal aku tidak mengenalmu jika akhirnya kau tidak bersamaku. Sudahlah mungkin Allah akan memberikan yang terbaik untukku,mungkin bukan yang terbaik yang aku inginkan, tetapi yang terbaik yang aku butuhkan. Farah tampak terbawa arus lamunannya.
            “Hei Far ayo pulang,jangan ngelamun terus.”       
            “Eh iya pulang,kemana?”
            “Ya ke rumah lah Far,ngelamun terus jadi kaya gitu.”
            “Aku tidak melamun,aku hanya bengong.”
            “Sama saja Farah......”
            Kini perasaan itu hanya bisa Farah pendam dalam-dalam , dan benar-benar menjadi rahasia dia dengan Nya. Dalam cinta meski harus menunggu lama, dia percaya bahwa cinta akan membawanya ke tempat dia seharusnya berada.
            “Pandu memang bukanlah tempatku.”
SHARE

hilmi adzin

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image

0 komentar:

Posting Komentar